Pemalang | detikNews – Adalah Faiz seorang pemuda berusia sekitar tiga puluhan, warga Desa Widodaren, Kecamatan Petarukan, Pemalang Jawa tengah, yang ketika mulai tengah malam tiba, disaat orang berangkat tidur, dirinya malah berangkat dengan berjalan kaki menuju perlintasan Kereta Api tanpa pintu, yang membujur panjang melewati Desa Widodaren. Dirinya masih terlihat agak kurang sehat karena masuk angin, karena tiap malam dia harus Ronda mengamankan setiap orang yang melintas pada rel kereta tersebut, baik para pejalan kaki, pengendara mobil serta sepeda motor.
Tak banyak orang tahu maksud dan tujuannya tiap malam berada diperlintasan kereta api tanpa palang pintu tersebut. Pasalnya, dirinya bukan petugas jaga dari PT.Kereta Api Indonesia (PT KAI), atau Pamong Desa setempat.
Faiz hanya menjalankan panggilan rasa kemanusiaannya, karena mendengar banyak terjadi kendaraan atau orang ditabrak kereta saat melintas dijalur kereta api yang belum diberi pengamanan palang pintu tersebut. Sedikit imbalan dari masyarakat yang melintas hanya berupa uang recehan, nominal pecahan 500, 1.000, dan 2.000,ย hanya lumayan buat membeli kopi dan rokok, sebagai pengusir rasa kantuk tatkala dirinya menjaga pintu perlintasan.
Sudah sekitar empat bulan Faiz melakukan kegiatan ini, semenjak ada orang yang ditabrak diarea jalur rel kereta tanpa palang pintu yang berada di Desa Sirangkang, yang tak jauh dari lokasi kini dirinya menjaga lintasan kereta .
Suka duka dirasakannya, mulai dari di pandang sebelah mata sampai dicurigai , bahkan dituduh sebagai pemalak orang yang melintas diperlintasan kereta api tanpa pintu tersebut. Padahal semua itu dilakukannya hanya karena rasa kemanusiaan, dan untuk menyelamatkan warga dari terjadinya kecelakaan tidak lain.
Dalam wawancara singkat lewat chatting Whatshapp Faiz mengatakan kepada detikNews, bahwa dirinya tidak pernah memaksa meminta upah dari kegiatannya tersebut.
“Saya ngga memaksa mas”, tuturnya.
“Kalau pun suatu saat nanti saya di perkerjakan oleh pihak terkait, saya mau mas diperkerjakan sebagai penjaga lintasan kereta di Widodaren ini”, pungkasnya.
Ternyata untuk berguna bagi manusia, tidak harus berani, berharta benda, bertenaga, karena sumbangsih pikiran positif nyata, lebih di harapankan masyarakat, dari pada sebuah retorika tanpa karya nyata, dan Faiz seorangย tukang buruh bangunan, sudah mengajarkan kepada kita hal tersebut. (Ragil74)